Konsumsi rokok di keluarga miskin Indonesia sangat memprihatinkan. Jumlah pengeluarannya hampir sama dengan belanja beras.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dalam kurun waktu 2003-2010, persentase pengeluaran rokok rumah tangga, bahkan termiskin sekalipun, menempati urutan kedua setelah pengeluaran untuk padi-padian/ beras.
Lebih rinci disebutkan, pada tahun 2010, pengeluaran rokok rumah tangga termiskin adalah sebesar 11,9 persen. Jumlah tersebut mengalahkan persentase pengeluaran kebutuhan dasar utama, seperti makanan bergizi, biaya kesehatan, dan pendidikan. Ini tentu menandakan gaya hidup masyarakat Indonesia masih sangat kurang.
Biaya belanja rokok bahkan lebih tinggi dari pengeluaran keluarga miskin untuk pendidikan dan kesehatan. Maka tidak heran angka kematian karena penyakit paru-paru, jantung, dan kanker. Jenis penyakit yang biasa menyerang para perokok.
Bahaya rokok bukan cuma mengancam si perokok, namun juga sekitar, perokok pasif. Lagipula, kalau sudah miskin, kok masih merokok ya? jika alasannya, iseng dan merokok? ya mending iseng dan bikin kerajinan tangan buat dijual kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar